FOTO : PELEPASAN MAHASISWA MERDEKA BELAJAR KAMPUS MERDEKA USK UNGGUL
Tema:
Sejak diluncurkan, program Merdeka Belajar Kampus Merdeka atau MBKM sudah menuai kontroversi. Meskipun program ini merupakan program unggulan dalam Kurikulum Merdeka, banyak dosen yang mempertanyakan hingga menolak. Namun, karena sistem sudah menuntut hierarki sentralisasi pelaksanaan pendidikan, para pengelola perguruan tinggi tetap melaksanakan MBKM sebagaimana mestinya.
Alih-alih menolak melaksanakan MBKM, beberapa perguruan tinggi di Tanah Air malah berlomba-lomba menggelar MBKM secara mandiri. Hal ini karena MBKM dijadikan sebagai satu dari sekian program unggulan untuk capaian indikator kinerja utama (IKU) perguruan tinggi. Setiap perguruan tinggi diminta menunjukkan bukti keterlibatan mahasiswanya dalam program MBKM atau sejenis sebagai capaian pembebasan mata kuliah atau konversi nilai sebanyak 20 satuan kredit semester(SKS).
Sejak diberlakukan tahun 2020, kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka telah mengguncang praktik pendidikan formal, khususnya di perguruan tinggi. Program itu merombak makna konvensional belajar dan sumber belajar, dan mengubah arah akademik pengajaran. Dengan merdeka belajar diharapkan mahasiswa memiliki ke terampilan dalam memecahkan masalah, berpikir kritis, berkolaborasi, berkomunikasi dan berempati atau peduli dengan lingkungan sekitarnya. Semua dikategorikan keterampilan lunak (softskill). Ia diperlukan untuk melengkapi kompetensi (hard skill) yang diperoleh sesuai program studinya.
Lantas, Ketika program MBKM lebih berfokus untuk menciptakan mahasiswa menjadi pekerja, apakah dengan adanya program MBKM kita berpotensi kehilangan beberapa calon pendidik kita yang berkualitas?
Fenomena ini tentu menjadi salah satu tantangan dan pertanyaan tentang arah pendidikan kita saat ini ditambahah lagi dengan salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan kita adalah karena kualitas dari pendidik itu sendiri yang cenderung rendah. Memang penting untuk kita pahami bahwa program MBKM ini bagus buat mahasiswa karena mahasiswa di bebaskan untuk memilih program sesuai dengan jurusan dan keahlian mereka masing-masing, sehingga ini akan lebih fleksibel bagi mahaiswa itu sendiri.
Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka ini juga membutuhkan banyak sekali perbaikan agar cita – cita kampus merdeka tidak hanya dirasakan oleh institusi perguruan tinggi, dan mahasiswa saja melainkan juga dapat dirasakan oleh para dosen. sebagai pendidik. Agar dosen juga merdeka, Dosen perlu dikembalikan pada fitrah utamanya yakni sebagai pengajar dan pendidik generasi penerus bangsa, pencetak Generasi-generasi unggul Indonesia. Tugas mulia ini perlu energi besar dan konsentrasi khusus. Tetapi, kiranya hal itu akan sulit terwujud jika Dosen masih terus dibebani dan dibelenggu dengan tugas tugas administratif yang tentunya tidak memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan ilmu. Selain itu agar Tri Dharma perguruan tinggi bisa terimplementasikan dengan baik pemerintah hendaknya tidak menambah beban di pundak dosen dengan mengeluarkan kebijakan – kebijakan baru tanpa memiliki pemahaman yang baik tentang kondisi beban kerja dosen yang sesungguhnya di lapangan.Beban kinerja dosen yang terus bertambah dengan administratif membuat esensi pendidik menjadi berkurang. Dengan program ini di harapkan dapat memberikan syafaat kepada keduanya agar pelaksanaan Merdeka Belajar Kampus Merdeka dapat memberikan esensi kata “Merdeka” yang hakekatnya dosen merdeka adalah dosen yang mampu dengan penuh keikhlasan, dengan besar hati melakukan panggilan tugasnya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara.