Proses mengisi aplikasi SIGAP di kantor desa Meutara
Tema:
SIGAP atau Sistem Informasi Gampong merupakan aplikasi yang dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi Aceh dalam rangka “bertahan hidup” di era digitalisasi dengan perkembangan teknologi yang pesat. Dengan sistem “top-down bottom-up” desa-desa dituntut untuk bisa memanfaatkan SIGAP agar terciptanya monitoring yang sehat sehingga dapat mebantu desa untuk berkembang dan maju. Saat ini SIGAP sudah mencakup seluruh desa di Aceh dengan tujuan agar maksimalnya pelayanan publik, administrasi data, pemantauan lingkungan dan dokumentasi pada tiap-tiap desa yang ada di Aceh.
Tuntutan digitalisasi di setiap aspek pemerintahan juga menjadi problematika tersendiri di Aceh, juga sangat disayangkan pemerataan pendidikan teknologi dan kapabilitas tiap-tiap daerah di Aceh masih sangat beragam. Masih banyak daerah-daerah yang belum “melek” teknologi dan belum mempunyai kapabilitas untuk mengoperasikan SIGAP, sehingga membuat aplikasi SIGAP menjadi tidak inklusif untuk digunakan semua desa di Aceh. Oleh karena itu Pemerintah Aceh sebagai pihak yang bertanggung jawab memberikan solusi brilian untuk hal tersebut dengan adanya kolaborasi antara Pemerintah Provinsi Aceh dengan pihak Universitas.
Melalui DPMG Provinsi Aceh (Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Gampong) yang berkolaborasi dengan Universitas Syiah Kuala memungkinkan terciptanya MBKM SIGAP. MBKM SIGAP merupakan salah satu dari banyak program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) yang dicanangkan Pemerintah Indonesia untuk memajukan pendidikan dan pemberdayaan mahasiswa . Dimana dalam kasus ini mahasiswa akan terjun langsung ke lapangan untuk menyesalaikan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat. Lebih spesifiknya pada MBKM SIGAP mahasiswa akan diberikan tugas untuk bisa mendampingi desa dengan melakuakan edukasi dan sosialisasi pada operator desa untuk memaksimalkan penggunaan SIGAP di daerah-daerah yang sekiranya perlu “pertolongan”.
Program MBKM SIGAP 2023 akan dilaksanakan di Kabupaten Aceh Jaya dengan mengirim 26 mahasiswa untuk mengakomodasikan 26 desa yang telah ditentukan DPMG. Mahasiswa yang mengikuti program ini pun terbilang beragam mengingat bahwa mahasiswa-mahasiswa tersebut berasal dari fakultas yang berbeda-beda, diantaranya FISIP, Fakultas Kelautan dan Perikanan dan Fakultas Teknik.
Dengan konversi 20 SKS, tiap-tiap mahasiswa akan menjalani program tersebut selama 100 hari di desa-desa yang telah ditentukan. Namun sebelum itu terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui, diataranya yang pertama mahasiswa akan diseleksi terlebih dahulu oleh pihak Universitas Syiah Kuala untuk menyaring mahasiswa-mahasiwa yang memenuhi kriteria tertentu dalam kuota yang terbatas. Tak hanya itu mahasiswa yang terpilih juga akan terlebih dahulu mendapatkan pembekalan berupa Seminar Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi Sigap yang untuk memastikan bahwa mahasiswa benar-benar matang untuk diterjunkan ke lapangan.
Pelatihan Aplikasi SIGAP tersebut berlangsung selama 2 hari yang dilaksanakan di aula DPMG Provinsi Aceh pada tanggal 6 dan 7 September 2023. Dengan berbekal satu buah PC dihadapan tiap-tiap mahasiswa serta didampingin trainer yang ahli di bidangnya. Pelatihan tersebut berjalan secara khidmat dan menyenangkan ditambah mahasiswa ditantang untuk bisa menguasai SIGAP hanya dalam kurun waktu 2 hari berturut-turut tersebut. Berbagai metode pembelajaran seperti tutorial, simulasi, dan presentasi juga mengisi pelatihan tersebut dengan tujuan agar materi yang disampaikan terserap oleh para mahasiswa.
Rabu, 20 September 2023 tiba dimana hari para mahasiswa diundang oleh DPMG Aceh Jaya untuk menjalani prosesi serah terima. Dipagi itu rombongan mahasiswa MBKM dari USK sudah bersiap untuk menuju ke Aceh Jaya dengan kelompok yang dikelompokkan berdasarkan fakultas pada tiap-tiap mobil hiace yang disediakan kampus. Kegiatan tersebut juga didampingi oleh Bapak Wakil Dekan serta dosen pembimbing dari tiap-tiap fakultas. Setiba di DPMG kami dijamu dengan hangat dan kemudian langsung menuju ke ruangan aula. Prosesi tersebut dihadiri oleh Bapak Pj Bupati Kabupaten Aceh Jaya dan para keuchik yang siap menjemput para mahasiswa.
Kata-kata sambutan dan motivasi juga dilontarkan oleh Bapak PJ Bupati Kabupaten Aceh Jaya untuk membakar semangat para mahasiswa yang sudah berapi-api. Prosesi serah terima berlangsung lancar dimana kami para mahasiswa diperkenalkan dengan keuchik dari masing-masing gampong tempat dimana mahasiswa akan bertugas selama 100 hari kedepan. Masing-masing mahasiswa diserah-terima-kan kepada keuchik-keuchik yang sudah siap sedia untuk menjemput hingga satu per satu mahasiswa berpisah disana dan akan dibawa bersama keuchik untuk menuju tempat dimana mahasiswa akan ber-SIGAP.
Saya (penulis) ditempatkan disebuah desa bernama Meutara yang berada di Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya. Desa indah yang didominasi persawahan dengan susana hijau dan udara yang masih sejuk langsung dari perbukitan sekitar. Nama Meutara sendiri terbilang unik mengingat sejarah dari desa ini dinamai Meutara yang artinya Mutiara karena masyarakat lokal sering menjumpai batu mutiara di salah satu sungai yang ada di desa tersebut. Kemudian saya tempatkan di Kantor Desa Meutara dimana terdapat sebuah kamar yang sudah disediakan untuk saya disana sebagai tempat teduh dan tempat menghabiskan waktu saya untuk 100 hari kedepannya.
Pengalaman ini merupakan pengalaman paling menarik saya selama berkuliah karena umumnya berkuliah diisi dengan pertemuan di kelas, mendengar pidato dosen, dan mengerjakan tugas. Tentu hal tersebut merupakan hal yang sangat berbeda dengan pengalaman MBKM SIGAP yang saya jalani. Tanpa adanya pembelajaran materi-materi di kelas ini menciptakan suasana baru dengan “ngampus” di desa. Namun selama di desa Mahasiswa juga akan mengemban berbagai tanggung jawab yang harus diselesaikan seperti mengumpulkan data kependududkan, menginput data yang terbilang banyak, dan menyelesaikan beberapa tugas administrasi gampong.
Peran Agent of Change Mahasiswa pun terasa sangat terjalani ketika Melakukan MBKM SIGAP ini. Karena di program ini mahasiswa akan berperanan sangat penting dalam pembangunan desa-desa yang ada di Aceh. Sehingga saya (penulis) pribadi merasa sangat senang karena paling tidak bisa berkontribusi untuk bisa memajukan pembangunan desa-desa yang butuh “pertolongan” ini meskipun itu semua belum bisa dikatakan sebagai hal yang cukup. Disisi lain mahasiswa akan juga diuntungkan dengan adanya konversi 20 SKS terhadap mata kuliah tertentu ditambah segala kebutuhan primer seperti makan dan tempat tinggal akan diakomodasikan oleh desa tersebut serta dana insentif yang diberikan melalui MBKM diakhir program ini.
Meskipun begitu dilema juga kerap dirasakan saat “ngampus” di desa. Mulai dari beradaptasi dengan nuansa yang sangat berbeda, bertemu dengan orang-orang baru, dan jauh dari orang-orang yang sayangi terkadang membuat susana menjadi melankolis. Tapi justru dengan hal tersebut membentuk jiwa Mahasiswa menjadi jiwa petualang yang bisa terus berkembang serta belajar dari kesalahan dan pengalaman sehingga membuat MBKM SIGAP ini menjadi program ideal dalam melatih mentalitas Mahasiswa.
Program MBKM SIGAP ini memiliki tempat tersendiri di hidup saya dan menjadi salah satu pengalaman menarik yang pernah saya lalui. Dengan susah senang yang saya lalui ini menjadi pengalaman berharga dalam hidup selama saya mengemban peran sebagai mahasiswa. Dan dengan ini dapat membuka pandangan saya terhadap dunia lebih luas serta dengan berbagai pengorbanan yang terjadi mengingatkan saya bahwa “happiness is where you are”.