Menjadi pengalaman pertama bisa mengikuti perlombaan HUT RI sebagai seorang guru di sekolah dasar
Tema:
Tentu saja, kita ketahui bersama bahwa menjadi guru adalah salah satu profesi yang sangat mulia. Bagaimana tidak, dari seorang guru tumbuh anak-anak bangsa penuh ilmu. Dari seorang guru tangan-tangan kecil mulai menuliskan angka dan huruf. Dari seorang guru pula warna-warni kehidupan diwarnai. Tanpa adanya sosok guru di dunia ini, kita hanyalah sosok dungu yang kerap kali tersasar tanpa tujuan.
Meski demikian, masih banyak sekali yang beranggapan menjadi guru bukanlah profesi impian. Profesi guru sering kali dipandang sebelah mata. “Menjadi guru sudah terlalu biasa,” begitu kata orang kebanyakan. Jika dilihat dari sisi kesejahteraan pun, hingga hari ini ada banyak sekali guru-guru yang masih hidup di bawah kata sejahtera. Lantas, semakin banyak lagi yang berpikiran “apa hebatnya sih, jadi seorang guru”.
Awalnya, saya juga menjadi salah satu yang memiliki pemikiran demikian. Guru bukanlah sebuah profesi yang menarik bagi saya. Dari dulu hingga awal masuk kuliah pun masih begitu. Saat masih duduk di bangku sekolah dasar, sering kali guru bertanya apasih cita-cita kalian? Tentu saya masih ingat betul, hanya sebagian kecil yang menjawab ingin jadi guru. Saya sendiri kala itu memilih menjadi ingin jadi dokter, besoknya lagi ingin jadi wartawan, pengacara dan terus berganti tetapi tak pernah saya sebutkan ingin menjadi guru. Lucu memang, mengingat di mana akhirnya saya berada saat ini.
Saat ini, saya menjadi salah satu mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang sedang mengikuti program MBKM Mengajar di salah satu sekolah dasar di kawasan Aceh Besar. Meskipun sampai saat ini, saya belum seratus persen yakin ingin menjadi guru nantinya. Tetapi, saya cukup menikmati selama program ini berlangsung. Ada banyak hal menarik sekaligus pemahaman baru yang berhasil saya peroleh selama mengikuti program ini.
Salah satunya yang akhirnya saya pahami, bahwa menjadi guru kenyataannya bukanlah sekadar profesi belaka melainkan jiwa. Profesi guru menuntut seseorang mempunyai jiwa yang luar biasa besar. Guru tentu saja bukan sekadar kegiatan mentransfer ilmu atau pengalaman semata. Sebab yang saya rasakan saat ini, ketika mengajar di sekolah dasar nyatanya guru lebih banyak mengajarkan karakter, mengayomi peserta didik, menuntut peserta didik satu-satu untuk tumbuh menjadi anak-anak yang mempunyai tujuan dan hal lainnya ketimbang menyampaikan materi.
Dari program MBKM USK UNGGUL ini saya jadi mengerti bahwa jiwa seorang guru itu cukup unik. Setiap pagi, guru selalu datang dengan semangat baru. Tak peduli apa yang sedang ia alami yang ia tampilkan di hadapan peserta didiknya ialah keceriaan, rasa senang, antusias dan tentu kesabaran luar biasa. Jiwa seorang guru yang seolah punya ikatan dengan para peserta didiknya. Sebab guru dituntut bisa menggali dan membimbing menemuka penyelesaian atas permasalahan peserta didik dalam pembelajaran. Menjalin kedekatan dengan para peserta didik, tentu hal yang wajib.
Selama saya mengabdikan diri di sekolah lewat program MBKM USK UNGGUL ini, tentu saya kerap merasakan ada kepuasan tersendiri ketika melihat peserta didik kita mengalami kemajuan dalam proses belajarnya. Ada kebahagiaan yang ikut saya rasakan ketika melihat anak yang semua mengalami kendala membaca, kemudian saya bimbing langsung selama sebulan dan akhirnya sudah lancar membaca. Perasaan demikian sulit dijabarkan, tetapi saya menyebutnya perasaan seorang guru. Jika seorang ibu, menyayangi dan membesarkan anaknya penuh kasih maka itu sebuah kewajaran. Tetapi seorang guru bisa memberikan perlakuan serupa pada anak-anak yang tak pernah ia lahirkan, itu adalah bentuk jiwanya guru.
Bagaimana tidak, sosok mampu mencurahkan segalanya dengan begitu tulus. Hati kecilnya selalu terpanggil melihat ada anaknya yang masih kesusahan ini itu dalam belajar. Ia akan sibuk mencari cara, resep seperti apa yang cocok diagnosis anaknya ini. Perlakuan seperti apa yang harus ia berikan untuk permasalahan anaknya itu. Segala yang baik-baik selalu seorang guru usahakan.
Kadangkala, saya yang masih terlalu minim pengalaman ini kesusahan. Menghadapi berbagai macam tingkah peserta didik saya di sekolah dasar tersebut. Pernah sewaktu-waktu, saya ingin sekali marah dan menangis geram. Tetapi entah bagaimana caranya, semua itu tertahankan ketika di hadapan mereka. Saya hanya diam, tetapi mereka tahu ada perlakuan mereka yang membuat saya tidak senang. Esoknya, anak-anak dari kelas tersebut berbondong-bondong menjumpai saya, meminta maaf. Saat saya tanyain, “Kenapa kemarin tidak ada yang mau dengerkan ibu?”. Mereka memberikan jawaban yang sama, “Kami udah capek, Bu. Belajar dari pagi.” Sejak saat itu, saya akhirnya paham, setiap tingkah dan perilaku mereka tentu punya alasan. Untuk menjalankan tujuan pembelajaran seorang guru terlebih guru sekolah dasar harus mampu masuk lebih dulu ke dunia mereka. Sehingga sosok guru akhirnya mengerti bagaimana jalan pikiran mereka.
Maka, berbahagialah bagi kita yang mempunyai jiwa-jiwa seorang guru. Sebab tak semua orang mampu.