Melangkah merajut suatu impian bukanlah hal yang mudah, tapi percayalah selagi masih ada Allah dihatimu maka semua akan menjadi mudah. Bangkit dan tuntaskanlah apa yang sudah dimulai!!
Tema:
DIBALIK LAYAR
Hawa kesejukan disaat itu kembali teringat ketika aku menginjak lantai bandara 4 tahun lalu, menatap kerumunan orang berlalu lalang menggiring koper-koper besar sambil sesekali mengecek jam tangan mereka. Tepat di hadapanku berdiri seorang laki-laki yang sedang terisak menahan tangis dengan koper dan tas besar disampingnya. Melambaikan tangan hendak meninggalkan orangorang yang dia sayangi sebelum kembali beberapa tahun lagi, ya dialah saudara ku. Sambil melambaikan tangan ke arahnya diriku menatap kagum, rasa ingin ikut pun muncul dalam hati, disini aku benar-benar merasakan kesepian yang akan datang ketika akan ditinggalnya. Ingin rasanya melihat pesawat yang besar lantas terbang bersama awan-awan, melihat indahnya panorama kota dari atas langit. Sejak saat itu aku ingin mengikuti jejaknya untuk bisa naik transportasi yang besar nan megah itu.
Aku Annisa, seorang mahasiswa berusia 19 tahun yang menempuh pendidikan di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Banyak harapan yang ingin kupertaruhkan, kuperjuangkan, dan ingin kuraih disini. Kampus yang disebut Jantong Hate Rakyat Aceh ini menjadi saksi perjalananku untuk menjemput kesuksesan di masa yang akan datang. Aku adalah mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar angkatan 2022. Tak pernah terbayangkan oleh ku untuk menjadi mahasiswa aktif maupun berprestasi kala itu, namun aku teringat bahwa aku punya mimpi sederhana yang harus aku wujudkan tanpa campur tangan orang lain. Mimpi yang seringkali diremehkan dan dianggap sepele oleh orang disekitarku, namun bagiku itu adalah mimpi besar untuk menjemput mimpi-mimpi selanjutnya yang telah direncanakan.
Perjalanan ini dimulai ketika aku sentiasa berusaha mencari kesempatan baru untuk bisa meningkatkan kualitas diri demi menjadi seorang yang berguna bagi diriku sendiri maupun orang lain. Perjalanan yang tidak pernah terfikir olehku sebelumnya, namun terealisasikan dengan jalan takdir yang telah ditentukan. Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) menjadi tujuan perjalanan kali ini, program bergengsi yang menjadi impian mahasiswa dari seluruh universitas di Indonesia. Program yang menjadi wadah mahasiswa untuk mengenal seluruh budaya dan adat istiadat yang ada di Indonesia.
Walaupun aku tahu bahwa program ini menjadi sasaran banyak mahasiswa namun aku juga ingin menjadi bagian darinya. Akan sangat menyenangkan ketika kita punya relasi dan teman dari seluruh Indonesia yang notabene-nya mempunyai latar belakang ras, suku, bahkan adat istiadat yang berbeda, ini akan menjadi mimpi besarku selanjutnya. Akan tetapi, aku juga tidak pernah lupa dengan mimpi sederhanaku yang ingin kuraih dengan pencapaianku sendiri tanpa ada hasil keringat orang lain. aku mulai berfikir untuk merealisasikan keduanya. Aku mulai berbenah diri untuk mencari informasi-informasi terkait yang akan membantuku untuk mendaftar program tersebut.
Proses ini dimulai tanggal 29 Maret 2023 tepat saat pendaftaran mulai dibuka. Aku sibuk untuk melengkapi semua persyaratan yang telah kucatat, mulai dari transkrip nilai, surat kesehatan, vaksin 3, dan masih banyak lagi. Ditambah lagi rasa kebingungan menghampiriku ketika harus memilih beberapa perguruan tinggi sebagai perguruan tinggi penerima nantinya. Aku mencari informasi tentang itu melalui kakak tingkat, dosen, maupun dari internet tentang kualitas dari beberapa perguruan tinggi yang telah menjadi sasaranku. Beberapa pertimbangan pun telah kupikirkan dengan baik demi kelancaran kuliahku disana. Akhirnya, aku memilih beberapa universitas yang akan menjadi perguruan tinggi penerimaku, diantaranya yaitu Universitas Negeri Makassar (UNM), Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Mataram (Unram), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan Universitas Halu Oleo (Unhalu). Aku juga tidak lupa untuk meminta persetujuan dari beberapa dosen terutama dosen pembimbing dan ketua program studi terkait perguruan tinggi yang telah dipilih. Lambat laun aku mulai merasa capek dengan segalanya, apalagi aku harus merasakan teriknya panas matahari sambil menahan lapar dan haus karna masih dalam suasana Ramadhan kala itu. Namun hal itu tidak pernah menjadi penghambat bagiku untuk menyelesaikan apa yang telah kumulai ini.
Waktu demi waktu telah berjalan, sesi tes pun mulai dibuka dan aku sangat bersemangat untuk mengerjakan setiap test yang diberikan mulai wawasan kebhinnekaan maupun V-Cat, berbagai materi telah dipelajari jauh-jauh hari demi bisa menjadi bagian dari program tersebut. Semangat ku tak pernah pudar untuk meraih impian. Aku pun mengikuti serangkaian tes yang ada dengan segenap kemampuan serta doa tulus kepada Tuhanku. Tak berharap lebih,karna aku tahu semua sudah diatur oleh yang maha kuasa, hanya saja usaha dan doaku yang mengiringinya.
“Ya allah hamba hanya berharap agar engkau memudahkan segala tes yang hamba jalani hari ini” ucapku dalam hati.
Proses demi proses telah berlalu, aku hanya bisa memasrahkan diri pada yang maha kuasa atas apa yang telah diusahakan selama 3 bulan terakhir ini. Segala doa dan usaha telah kuupayakan semampuku, semua ini hanya tentang takdir yang akan membawa jalan yang baru kepadaku. Aku tahu setiap proses yang aku lalui ini tentu tidak mudah, aku harus menjalani setiap proses pahit yang ada di setiap langkah yang aku tapaki. Setiap caci maki dan setiap remehan dari orang-orang akan aku hadapi dengan lapang dada.
“Emang kamu yakin kamu bisa lulus program itu? Kamu yakin akan sanggup jalaninnya? Itu testnya susah loh!”, ucap teman kelasku.
Aku hanya diam menanggapinya sambil tersenyum sambil berkata “Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan, aku akan berusaha meraihnya dengan kemampuanku sendiri”.
Namun semua itu tidak pernah menjadi penghambat bagiku, malahan hal itu menjadi motivasi untuk bisa meraih mimpi-mimpi yang telah direncanakan sebelumnya. Hingga tanggal 1 Juni 2023 datang, aku mendapat sebuah kabar gembira dan suratan takdir terbaik yang telah ditetapkan untukku. Perjuangan yang selama ini aku usahakan ternyata berbuah hasil. Aku diterima menjadi salah satu anggota dari program PMM 3 di Universitas Negeri Makassar (UNM). Rasa syukur dan terima kasih tidak pernah putus-putus aku utarakan kepada Tuhan, orang tua, keluarga serta teman- teman yang telah menjadi pendukung terhebat atas semua yang aku jalani. Aku sangat yakin dengan kata-kata pepatah klasik bahwa hasil tidak pernah mengkhianati usaha yang telah dilakukan.
Namun pengumuman itu bukanlah akhir perjuanganku, malahan ini merupakan awal dari perjuangan baru yang akan aku jalani seterusnya. Aku memulai perjalanan baru yaitu mengurus keberangkatan, mengkonfirmasi keikutsertaan dan keberangkatanku menuju kampus UNM, serta melakukan perbaikan data pendaftaran. Tidak hanya itu saja aku juga harus melengkapi berbagai data- data keberangkatan seperti vaksin dan pilihan bandara. Aku juga harus melewati serangkaian tes kedua yang telah disediakan yaitu tes asesmen tilik diri yang bertujuan untuk mengetahui keadaan mental selama dua minggu terakhir.
Aku juga harus bertemu ketua program studiku dan dosen pembimbing untuk meminta tanda tangannya untuk keperluan melengkapi data akademikku yang akan kubawa ke perguruan tinggi penerimaku nantinya. Tidak lupa aku juga meminta izin dan restu serta berpamitan dengan seluruh dosenku agar perjalanan yang aku jalani disana dipermudah oleh Tuhanku.
Akhirnya tibalah saatnya untukku mengikuti pembekalan keberangkatan mahasiswa yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Masih seperti mimpi rasanya menjadi bagian dari program yang diimpi-impi kan oleh mahasiswa seluruh Indonesia ini. Namun inilah yang harus aku jalani, perjalanan untuk menjemput teman baru, pengalaman baru, bahkan ilmu baru yang nantinya dapat dibawa pulang ke tempat asalku untuk kuceritakan kepada teman- temanku, keluargaku, bahkan anak cucuku nanti.
Kamis, 10 Agustus 2023, hari keberangkatanku telah tiba. Aku telah menyiapkan segala sesuatu yang sekiranya akan aku butuhkan selama berada di sana nantinya. Pakaian, data akademik, hingga makanan telah kupersiapkan jauh-jauh hari sebelum keberangkatan ke Makassar. Tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya untuk mengunjungi kota dengan julukan Kota Daeng ini, kota yang terkenal dengan kuliner khas Coto Makassarnya ternyata akan menjadi tempat yang akan ku singgahi selama satu semester ke depan.
“Sudah sampai dimana?” tanya suara di ujung telepon pada saya yang sedang berada dalam mobil menuju Bandara Sultan Iskandar Muda. Pesawat yang aku naiki berangkat jam 07.00 pagi.
“Sudah sampai Batoh, Cha”, jawabku dengan suara bergetar. Jam di pergelangan tangan ku sudah menunjukkan jam 05.10, 1 jam 50 menit lagi pesawat ku akan berangkat, kekhawatiran mulai menguasai ku, ditambah lagi aku belum melaksanakan sholat subuh dan belum melakukan proses check-in. Perjalanan dari rumah menuju bandara memakan waktu kurang dari 25 menit. Namun, kondisi jalan yang masih sepi membuat aku lega.
“O ya sudah ngak apa-apa, Insya Allah kita tidak akan terlambat kok, tenang saja yaa....”, kata temanku menenangkanku.
“Iya, Cha”, jawabku lagi. Dalam hati aku tak henti-hentinya berdoa semoga pesawat yang aku tumpangi tak meninggalkan ku.
Setelah melalui belasan menit yang terasa sangat panjang, tepat pukul 05.25 akhirnya aku tiba di bandara. Begitu menjejakkan kaki di bandara, aku buru-buru menuju musalla bandara untuk melaksanakan sholat subuh terlebih dahulu sebelum malaksanakan check-in di dalam bandara. Setelah sholat subuh aku langsung masuk ke ruang check-in bandara untuk mengambil boarding pass dan memberikan koper untuk dimasukkan ke dalam bagasi pesawat. Setelah itu aku keluar untuk menemui keluarga dan teman-temanku untuk berfoto bersama sebelum berpisah selama 6 bulan ke depan. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat belalu, jam di pergelangan tanganku sudah menunjukkan jam 06.30. 30 menit lagi pesawat yang aku tumpangi akan segera berangkat. Sayupsayup suara pemberitahuan bandara kudengar bahwa pesawat yang aku naiki segera akan berangkat. Aku segera berpamitan kepada orang tua, keluarga serta teman-temanku. Derai air mata berjatuhan mengiringi nasehat yang diberikan ayah dan ibuku kepadaku.
“Jaga shalat disana ya, jaga kesehatan, kalo uangnya gak cukup kabarin ayah ya” ucap ayahku sambil memelukku. Tak banyak memang nasehat yang diberikannya untukku, karena ayahku bukan orang yang mudah udah mengungkapkan rasa sayangnya, namun bagiku itu adalah salah satu ungkapan rasa kasih sayang terbesar yang selalu ayahku berikan untuk anak- anaknya.
“Semoga selamat sampai di sana ya, jaga diri baik-baik” kata ibuku sambil berderai air mata. Aku langsung memeluknya sambil terisak, karena sebelumnya aku tidak pernah berpisah pulau dengan orang tua ku. Namun aku juga sadar bahwa inilah salah satu konsekuensi yang harus aku tanggung ketika aku memilih untuk mengikuti program ini.
“Ayok, Nis”, ajak temanku yang sudah berada di pintu masuk keberangkatan.
“Iya”, ucapku.
Aku pun bersalaman dengan keluargaku, aku segera masuk ke pintu keberangkatan dan terburuburu menuju pesawat karena pesawat nya akan segera take-off dalam beberapa menit lagi. Setelah sampai ke pesawat aku duduk di pinggir jendela sambil melihat matahari terbit menghadap ke bandara Sultan Iskandar Muda. Pesawat pun mulai melaju cepat seraya meninggalkan kota tempat tinggalku selama 18 tahun ini. Masih seperti mimpi rasanya duduk di bangku pesawat, senang dan haru menyelimuti hatiku. Aku berjanji pada diri sendiri, aku akan kembali ke kota asalku ini dengan versi diriku yang lebih baik lagi, membawa ilmu dan pengalaman baru yang dapat ku ceritakan kepada semua orang di kota ini.