foto ini diambil ketika kami melakukan visitasi ke Industri PT. Yakin Pasifik Tuna,
Tema:
“Dalam setiap tantangan, tersembunyi peluang yang menanti kita,” begitulah ungkapan yang selalu memikat pikiran saya. Saat ini, ketika berbagai permasalahan menghadang, kita dihadapkan pada kesempatan besar untuk menemukan solusinya. Namun, untuk meraih kemenangan atas masalah itu, kita tidak dapat menghindari risiko besar yang mengintai. Dalam perjuangan tersebut, dua kemungkinan akan terjadi: kegagalan yang membawa konsekuensi kehilangan yang kita miliki, atau kesuksesan yang membawa manfaat luas bagi banyak orang. Jika kita tidak mampu mengatasi masalah tersebut, konsekuensinya adalah kehilangan segala sesuatu yang kita miliki sebelumnya, seolah hilang begitu saja. Namun, membayangkan jika kita berhasil menyelesaikan masalah tersebu berapa banyak orang yang akan mendapat manfaat? Bagi saya, mendengar ucapan terima kasih dari mereka adalah pengalaman luar biasa. Ini adalah tekad saya, untuk terus berkontribusi pada kesejahteraan ekonomi, kesehatan fisik, dan kesejahteraan psikologis orang-orang di sekitar saya. Jim Rohn pernah mengatakan, "Orang yang tidak berani mengambil risiko akan selalu berada di bawah kendali orang lain." Oleh karena itu, mari bersama-sama berani menghadapi risiko, mengejar peluang, dan menjadi bagian dari perubahan positif dalam kehidupan orang lain.
Kuliah di jurusan bimbingan dan konseling telah membuka wawasan saya tentang kompleksitas manusia. Di sini, saya belajar bagaimana menghadapi orang dengan sikap positif dan tenang, terutama ketika berinteraksi dengan individu yang memiliki kepribadian dan nilai-nilai yang berbeda dengan apa yang kita anut. Hal ini menjadi landasan yang kuat bagi perjalanan saya menuju menjadi seorang wirausaha yang berpotensi memberikan dampak positif bagi bangsa ini. Melalui pemahaman yang diperoleh, saya menyadari bahwa menjadi seorang wirausaha bukan hanya soal bisnis, tetapi juga tentang memenuhi kebutuhan sebenarnya manusia. Meskipun memahami manusia bisa menjadi tugas yang rumit, dampak positif yang dihasilkan bisa sangat luar biasa. Sebagai pelajar, saya merasa beruntung dapat memanfaatkan keistimewaan ini sebagai bekal untuk perjalanan wirausaha saya. Saya sangat antusias menantikan program Wirausaha Merdeka, sebuah inisiatif yang saya tunggu sejak peluncuran batch pertama. Meskipun pada saat itu saya telah lulus dari program MSIB dan harus melewatkan kesempatan itu, pada tahun ini saya tidak ingin melewatkan lagi kesempatan emas tersebut. Sejumlah pertimbangan mencakup pilihan saya, termasuk keinginan untuk memilih Universitas Indonesia dan Universitas Ciputra sebagai mitra dalam program ini. Dalam proses pemilihan, saya melihat bahwa terdapat 17 perguruan tinggi yang menjadi mitra Wirausaha Merdeka. Pilihan saya jatuh pada Universitas Indonesia dan Universitas Ciputra dengan keyakinan bahwa kedua institusi ini akan memberikan dukungan maksimal untuk mengembangkan potensi wirausaha muda, yang pada akhirnya akan menjadi penerus bangsa yang handal.
Ketika saya mempertimbangkan untuk mendaftar di Universitas Indonesia, terlintas pemikiran dalam benak saya. Jika saya memilih Universitas Indonesia, saya akan fokus pada bisnis, pasar lokal, perilaku masyarakat di sana, dan peluang untuk berbagi pengalaman dengan pengusaha setempat. Namun, kemudian muncul kekhawatiran bahwa pilihan ini mungkin membuat saya kehilangan wawasan tentang kendala yang dihadapi oleh pengusaha di Aceh, daerah asal saya. Saya merasa penting untuk berbagi pengalaman dengan pengusaha berpengalaman, sehingga saya dapat belajar dari kegagalan mereka dan menghindari kesalahan yang sama di masa depan. Akhirnya, saya memutuskan untuk mendaftar di Universitas Syiah Kuala. Pertimbangan ini muncul setelah saya melihat siapa yang akan menjadi pengajar di program Wirausaha Merdeka USK. Dengan keyakinan bahwa setidaknya 50?ri tujuan saya dapat tercapai melalui pengalaman belajar di sana, saya memilih untuk menempuh perjalanan wirausaha saya di lingkungan yang lebih dekat dengan kenyataan Aceh. Meskipun saya belum ingin menaruh harapan terlalu tinggi agar tidak terlalu terjebak dalam impian, saya optimis bahwa melalui pilihan ini, saya dapat lebih memahami dan memecahkan tantangan unik yang dialami oleh pengusaha di daerah saya.
Ketika saat pengumuman tiba, akhirnya saya berhasil lulus di program Wirausaha Merdeka Universitas Syiah Kuala (WMK USK), dan secara resmi menjadi pesertanya. Dengan mengucapkan bismillah, berharap bahwa ini adalah langkah awal menuju perubahan besar dalam hidup saya, terutama mengingat bahwa izin saya tinggal sebentar lagi.
Saya menanamkan dalam diri saya tekad untuk menjadi seorang sarjana yang mampu merekrut karyawan, bukan sekadar mencari lowongan pekerjaan. Tujuan mulia ini bukan hanya untuk mencapai keberhasilan pribadi, melainkan juga untuk memberikan dampak positif pada orang-orang di sekitar saya. Saya hadir dengan semangat penuh ketika mengikuti pembukaan resmi Wirausaha Merdeka Universitas Syiah Kuala di AAC Dayan Daud. Dengan langkah-langkah ini, saya berharap bisa menjadi agen perubahan, membuka peluang bagi orang lain, dan membangun minat di komunitas saya. Semoga perjalanan ini tidak hanya membentuk karir saya, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan bersama.
Kelas pertama yang saya ikuti dalam tahap pre-immersion memberikan wawasan yang sangat berharga, terutama dalam kelas konsep design thought. Sebuah fakta menarik yang saya temukan adalah bahwa empati adalah fondasi pertama yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha. Menariknya, skill empati ini sudah menjadi bagian dari diri saya sejak saya masih mahasiswa semester pertama, karena saya sebagai mahasiswa bimbingan dan konseling.
Sebagai konselor, kehadiran skill empati sangat penting untuk menciptakan hubungan yang nyaman dan terbuka dengan konseli. Cerita dari konseli menjadi berharga, membantu konselor untuk memberikan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan dan membantu konseli menyelesaikan masalah. Ketika saya menyadari bahwa empati juga sangat penting dalam dunia bisnis, terutama dalam pengembangan bisnis, saya merasa sangat bahagia karena ilmu bimbingan konseling saya ternyata dapat diterapkan secara langsung dalam konteks bisnis. Pengalaman di Wirausaha Merdeka tidak dapat disamakan dengan kelas-kelas biasa. Proses belajar mengajarnya berjalan dua arah, memberi kami kebebasan untuk menyampaikan pendapat dan menjalani pembelajaran yang tidak hanya secara teoritis. Kami diajak untuk menganalisis kasus, terlibat dalam wawancara dengan masyarakat, dan langsung terlibat dalam proses design thought. Semua ini menciptakan lingkungan belajar yang unik dan praktis, mempersiapkan kami untuk tantangan nyata dalam mengembangkan bisnis.
Partisipasi dalam kelas manajemen keuangan menjadi sangat penting bagi saya. Dalam konteks ini, manajemen keuangan tidak hanya sekedar mengungkap kondisi keuangan suatu usaha, tetapi juga memberikan wawasan yang mendalam untuk mengambil keputusan yang tepat dalam mengelola bisnis. Pentingnya mencatat laporan keuangan juga ditekankan, dengan pengingat bahwa banyak bisnis yang mengalami kebangkrutan karena kelalaian dalam mencatat keuangan mereka. Selain itu, kelas Business Model Canvas juga memberikan pengalaman yang seru dan penuh semangat. Pengajar tidak hanya menyampaikan materi dengan cara yang menyenangkan, tetapi juga menghadirkan suasana seperti bermain sambil belajar. Ungkapan-ungkapan unik dari pengajar menjadi motivasi tambahan bagi kami. Kelas ini diakhiri dengan praktik langsung, di mana kami bersama-sama menyusun Business Model Canvas untuk usaha yang akan kami jalani. Dari kelas ini, saya mulai menumbuhkan ambisi untuk membangun bisnis yang sukses dan mampu menghasilkan keuntungan.
Dalam perjalanan ini, tentu saja ada kekhawatiran yang muncul di benak saya. Saya berharap permasalahan ini dapat segera terselesaikan, dan saya ingin mewujudkan impian saya tanpa menjadi beban bagi keluarga. Seiring berakhirnya tahap pre-immersion, kami segera memasuki tahap immersion. Saya sangat penasaran untuk membagikan lebih banyak cerita tentang pengalaman ini, dan saya berharap pembaca tidak bosan membaca kisah perjalanan saya. Seperti yang disampaikan oleh Pak Gita Indonesia, membaca adalah cara kita membola saljukan budaya literasi. Dengan membaca, kita akan menyadari hal-hal yang sebelumnya terlewatkan, dan ini dapat mengubah pandangan kita terhadap banyak hal. Baiklah, mari kembali ke pokok pembahasan tentang WMK USK.
Berbeda dengan teori pembelajaran sebelumnya, kali ini pengalaman belajar saya lebih praktis melalui magang langsung, atau yang sering disebut magang alis terjun, di Kanafest. Kanafest adalah sebuah festival dari Kanarasa yang mengusung konsep seni dan musik. Setiap seni yang dihasilkan di sini memiliki cerita tersendiri, mengungkapkan makna yang kadang sulit diucapkan atau dilakukan secara langsung. Inilah mengapa Kanafest menjadi sahabat bagi para pecinta seni. Bagi saya, seni adalah kreativitas yang dihasilkan dari pemikiran, menjadi satu ilusi yang merepresentasikan apa yang ada di jiwa dan pikiran seorang seniman. Seni memiliki keindahan dan keunikan, dengan setiap karya seni menyimpan kisah yang unik. Di Kanarasa, saya terlibat dalam bagian pemasaran. Magang di Kanafest memberikan berbagai pengalaman berharga bagi saya. Salah satu hal yang sangat mengesankan di Kanafest adalah hubungan yang dibangun dengan pelanggan. Kanarasa bukan sekedar tempat, tapi seperti rumah bagi pelanggannya. Pelanggan dianggap sebagai keluarga oleh Kanarasa, dan hubungan yang terjalin antara pelanggan dan Kanarasa memiliki kekompakan dan kedekatan yang luar biasa. Hal ini menjadi sebuah pelajaran bagaimana saya dapat menjadikan pelanggan sebagai keluarga, sehingga mereka selalu tertarik datang, bukan hanya karena produk atau layanan, tetapi juga karena hubungan yang erat dan saling terikat antara kami.
Sesi berbagi dengan para ahli pengusaha di Aceh, Indonesia, dan internasional menjadi pencerahan bagi saya. Dalam sesi ini, semua kekhawatiran saya terkait membangun usaha mendapatkan jawaban konkret, dan semuanya dibuktikan oleh seorang pengusaha muda yang sukses. Industri kreatif yang ditekuninya juga mencerminkan kepedulian terhadap lingkungan, seperti melalui kampanye #KernJagaBumi. Pengalaman ini berhasil meredakan kekhawatiran saya yang sebelumnya ragu-ragu untuk memulai usaha dengan konsep berkelanjutan dan kreatif di Aceh. Meskipun minat terhadap seni dan alam di sekitar mungkin kurang, melihat kesuksesan Kak Nera membuat saya lebih optimis bahwa ini bisa berhasil. Bersama-sama, kita dapat membangun budaya, kreativitas, menuju Indonesia emas yang hijau dan sejuk. Terima kasih kepada Kak Nera atas wawasannya yang berharga. Dari Kak Nera, saya belajar tentang cara menyentuh pelanggan melalui storytelling. Bercerita tidak hanya mengeksplorasi emosi, tetapi juga menyampaikan pesan terkait hal lain. Pesan ini tidak hanya disampaikan, tetapi juga tertanam di hati pelanggan, sehingga tanpa sadar mereka mulai peduli terhadap apa yang disampaikan. Seperti yang diungkapkan oleh Pak Gita dalam podcast bersama Maudy Ayunda, Indonesia membutuhkan banyak pendongeng untuk menyampaikan pengetahuan kepada generasi muda. Keluar dari kelas bisnis di seluruh dunia, kita menyadari bahwa kemampuan menceritakan cerita menjadi kunci utama. Mereka yang membantu dalam menyampaikan pengetahuan melalui cerita dapat menginspirasi dan mendidik dengan lebih efektif. Seiring keluarnya kelas bisnis, pengetahuan yang diperoleh melalui cerita menjadi lebih berkesan dan mendalam. Semua ini membuktikan bahwa storytelling memiliki kekuatan untuk menciptakan dampak yang nyata dalam dunia bisnis dan pendidikan.
Selain sesi sharing, pengalaman visitasi juga memberikan kesan luar biasa. Awalnya, saya meragukan keberadaan industri di Aceh, dengan anggapan bahwa banyak pekerjaan masih dilakukan secara manual. Namun, ketika kami mengunjungi pabrik pengolahan tuna di ujung Lampulo, semua dugaan saya sirna. Suasana industri begitu terasa sejak di ruang tunggu, dan semakin kuat saat kami masuk ke dalam pabrik. Kami diwajibkan menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap sebelum memasuki area produksi. Berbagai jenis ruangan kami telusuri, termasuk satu ruangan dengan suhu -25°C yang sangat dingin. Pengalaman ini memberikan wawasan tentang tantangan dalam bisnis industri perikanan, termasuk dana yang perlu diwaspadai. Pentingnya kerja sama antara berbagai pihak dalam menghasilkan produk berkualitas menjadi pelajaran berharga. Dalam hal ini, kolaborasi antara nelayan, pemerintah, dan pelaku bisnis menjadi kunci untuk menciptakan produk yang mampu bersaing di skala internasional. Kesadaran akan pentingnya sinergi ini menginspirasi saya untuk terus belajar dan berkontribusi dalam memajukan industri di daerah saya.
Tahap akhir dari perjalanan ini adalah post immersion berupa Demo Day, dan pada sore tanggal 7 kemarin, saya baru saja merumuskan strategi pemasaran untuk ide usaha yang akan kami luncurkan di Expo Kewirausahaan pada tanggal 8 November nanti. Produk ini dirancang untuk mengatasi kerinduan siswa terhadap kampung halaman dengan tetap ramah di kantong. Dibuat oleh pelajar, untuk pelajar, produk ini bertujuan untuk mengembangkan bisnis di kalangan pelajar. Inilah pengalaman saya selama mengikuti Wirausaha Merdeka. Menurut saya, Wirausaha Merdeka memberikan pengalaman all-in dalam satu semester. Saya mendapatkan banyak pengalaman, pengetahuan, dan wawasan. Saya berharap melalui tulisan ini, semakin banyak pelajar yang tertarik untuk memulai bisnis dan mengikuti Wirausaha Merdeka. Masih ada begitu banyak potensi industri yang bisa dijelajahi di Aceh. Mari bersama-sama menuju Indonesia 4.5 dengan memanfaatkan talenta-talenta hebat yang lahir di negeri ini. Yuk ikut Wirausaha Merdeka!